Jumat, 21 Januari 2011
UJIAN: SEBUAH PERAYAAN TERHADAP ILMU
“Ujian adalah sebuah hari besar keramat ketiga setelah Idul Adha dan Idul Fitri
–A.Fuadi: Novel ‘Negeri 5 Menara-”
Kalimat sakti di atas saya kutip dari novel yang sukses dengan mantra Man jadda wa jada-nya Negeri 5 Menara yang dikarang oleh A. Fuadi. Jika Anda sudah baca novel tersebut, pasti Anda sudah tahu dengan isi salahsatu bab dari novel ini yang berjudul Festival Akbar. Festival yang dimaksud adalah perayaan meriah dalam menyambut ujian marathon selama 15 hari. Pada bab ini pengarang mendeksripsikan bagaimana pihak Pondok Madani menyulap area pesantren dengan berbagai ornament festival. Beberapa baliho dipasang di sekitar pesantren, di depan aula, di sekitar masjid dan di sudut-sudut lain. Tulisan “Ma’an Najah,”Semoga sukses dalam ujian dalam bentuk poster dan selebaran dapat ditemukan di ruang kelas, asrama, kantin, di pohon-pohon, bahkan di lapangan-lapangan olahraga. Bisa dibayangkan apa yang terjadi dan energi yang mengandung semangat menyambut ujian mengalir di tubuh santri jika momen ujian disambut pesta akbar, meriah seperti meriahnya momen piala dunia atau momen Liga AFF kemarin, dimana-mana warna merah menyeruak tumpah di sudut-sudut stadion Gelora Bung Karno.
Inginnya atmosper seperti ini juga yang turut diciptakan pihak-pihak lembaga pendidikan ketika merayakan ujian semester. Dengan begitu, itulah momen sebenarnya seorang pencari ilmu untuk membuktikan bahwa jerih payah belajar selama ini mendatangkan hasil setimpal, yaitu meresapnya ilmu tadi sampai ke sum-sum.
Ujian: Cara Elegan Merayakan Ilmu
Ujian, mendengar kata yang terdiri dari lima huruf ini seperti mendengar kabar buruk di siang bolong. Segeralah stress melanda, kepanikan merajalela, dan berharap waktu melambat agar hari yang bersejarah itu tidak segera tiba.
Lalu, bagaimana seharusnya seorang akademisi khususnya siswa yang sudah mendapat predikat maha, alias mahasiswa menghadapi ujian semester?.
Ujian diperlukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan mahasiswa dalam menguasai suatu mata kuliah yang telah diajarkan oleh dosen yang bersangkutan. Tentu semua mahasiswa berharap nilai ujiannya memuaskan. Tapi tidak banyak yang tahu, strategi apa yang diperlukan dalam menghadapi ujian itu, sehingga banyak mahasiswa masih menggunakan trik-trik kuno yang kebanyakan bersifat merugikan bagi mahasiswa lainnya.
Oleh karena itu, kali ini sedikit tips dalam mengerjakan/menghadapi ujian semester bagi mahasiswa yang merasa kesulitan terhadap suatu matakuliah tertentu. Tips itu adalah :
• Minta Izin kepada Pemilik Ilmu
Setelah sebelumnya sudah mempersiapkan diri dengan belajar. Bermohon kepada sang pemilik ilmu untuk memudahkan dalam mengerjakan ujian. Ikhlaskan segala keputusan kepada Allah SWT agar terhindar dari stress.
• Dukung dengan Gizi Cukup. Jangan remehkan masalah makan memakan, karena hal ini cukup berpengaruh dengan kondisi tubuh. Gizi yang cukup berguna menyiapkan stamina dalam menghadapi ujian.
• Wajib Percaya Diri. Yakinkan diri bila sudah siap tempur dan dapat mengerjakan ujian dengan baik. Tenang dan percaya diri.
• Siapkan Alat Tempur dan Amunisi. Bawalah semua alat tulis yang diperlukan, jangan sampai ketinggalan satu pun dan juga membawa persyaratan ujian. Perlengkapan ini akan membantu untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian. Diharamkan untuk pinjam meminjam dengan teman sebelah, karena akan sangat mengganggu.
• Datanglah 15 menit sebelum ujian dimulai. Hal ini sangat membantu karena member kesempatan kepada diri untuk menenangkan diri dan tidak panik. Beda sekali jika seorang mahasiswa dating terburu-buru ke lokasi ujian, dia akan panic dan membuat berbagai kekacauan.
• Jawab soal-soal ujian dengan taktis. Mulailah dengan menjawab pertanyaan mudah yang diketahui, kemudian dengan soal-soal yang memiliki nilai tertinggi. Pertanyaan terakhir yang dikerjakan adalah soal paling sulit, soal yang membutuhkan waktu yang lama untuk menulis jawabannya dan soal-soal yang memiliki nilai terkecil.
• Saat mengerjakan soal ujian esai, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
• Sisihkan 10% waktu untuk memeriksa ulang jawaban yang telah dibuat.
• Akhiri ujian dengan manis dan katakan Alhamdulillah. Serahkan hasilnya pada Allah SWT.
Mungkin beginilah seharusnya ujian disambut, sebuah perayaan terhadap ilmu. Jika ilmu dirayakan seperti yang dilakukan di Pondok Madani seperti yang diceritakan oleh A. Fuadi. hikmahnya adalah agar sekali-kali kita tidak pernah takut apalagi trauma dengan ujian, tercipta generasi yang anti terhadap tekanan ujian, dan bahkan bisa menikmati ujian itu. Apalagi ujian akan terus datang dalam berbagai rupa sampai nafas berakhir di ujung tenggorokan
Selamat Menempuh Ujian
*Penulis adalah mahasiswa Fak. Tarbiyah/PBI/ VII, penulis buku non-fiksi Gue Gak Cupu dan bergiat di FLP Sumut serta LPM Dinamika IAIN SU.
NB: artikel ini telah terbit di Buletin LDK IAIN SU edisi Januari 2011
MEMBAHAS SANG DATUK DI KOKI SUNDA
oleh: Nufazee
Sang datuk adalah sebutan khas dari seorang Syamsul Arifin, Gubernur Sumatera Utara. Sosoknya banyak dielu-elukan rakyatnya. Namun, sejak Oktober-November tahun lalu, isu tak sedap mulai menyerang pamor salahsatu putra terbaik partai Golkar ini. Isu itu tidak lain tidak bukan adalah korupsi. Saking seringnya isu klasik ini menyerang pembesar dan para pejabat di Indonesia, telinga rakyat mulai terdidik untuk menjadi kebal, sehingga sosok Syamsul dengan segala kedermawanannya jauh sebelum ia positif diduga korupsi oleh KPK, masyarakat sudah terlanjur suka, sehingga semua berharap Syamsul segera selesai kasusnya. Karena jika Syamsul tidak bebas, banyak rakyat yang hilang sumber penghasilannya hanya dari beberapa lemba rupiah yang dibagi-bagikan Syamsul disela-sela lari paginya.
Berkaitan dengan itu semua, medialah yang selama ini terus memantau perkembangan kasus Syamsul Arifin. LPM Dinamika sebagai salah satu lembaga pers mahasiswa turut diundang oleh KIPPAS (Kajian Informasi, Pendidika, dan Penerbitan Sumatera Utara) sebuah organisasi yang bergerak di bidang penelitian, pendidikan, dan penerbitan dalam acara Seminar bertajuk Hasil Riset Berita: Bingkai Media dalam Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Syamsul Arifin.
Seminar yang berlangsung pada 18 Januari 2011 di Koki Sunda menghadirkan Penyaji yang tentu saja dari Media Analis Yayasan KIPPAS Medan, Pembahas yang menghadirkan Hendra Harahap, M.A (Dosen Fisip USU Medan) dan Ade Armando, M.A (Ahli Komunikasi FISIP UI Jakarta) dan terakhir yang bertindak sebagai moderator ada Abdi Rufinus Tarigan.
Adapun tujuan dari Seminar ini adalah menyosialisasikan hasil riset berita dugaan kasus korupsi Syamsul Arifin di surat kabar, Sinar Indonesia Baru (SIB), Analisa, Waspada, Sumut Pos, dan Seputar Indonesia, Mencari masukan dalam rangka penyempurnaan draft hasil riset, Memberikan masukan kepada komunitas pers, Memberikan pemahaman kritis kepada publik tentang kecenderungan dan bingkai pemberitaan media ketika meliput kasus korupsi.
Peserta seminar yang diundang pun tidak lain tidak bukan adalah mereka yang berasal dari kalangan Jurnalis, Perguruan Tinggi, Pers Mahasiswa, Organisasi Masyarakat, LSM, Tokoh Agama dan Eksekutif Daerah.
Dalam temaram lampu yang ada di ruang pertemuan Koki Sunda yang terletak di lantai dua tepat pukul 10.00 WIB acara pun dibuka dengan kata sambutan dari perwakilan KIPPAS sendiri yaitu Mohammad Yazid, setelah itu acara dilanjutkan dengan Presentasi Hasil Riset I yang disampaikan oleh Media Analis KIPPAS Syafrizal Daulay. Dalam risetnya yang berjudul Analisi Kecenderungan Berita Kasus Dugaan Korupsi Syamsul Arifin pada 5 surat kabar di Medan, Rizal menyimpulkan bahwa ada dua media yang dianalisa begitu pro Syamsul yakni Waspada dan Analisa sehingga banyak redaksi kata-kata yang begitu terkesan melambungkan sosok Syamsul. Contohnya saja pada Analisa edisi 30 Oktober 2010 halaman 13 memuat jargon dengan judul “Penahanan Syamsul Arifin Terkesan Dipaksakan”, seolah-olah tidak terima dengan keputusan KPK untuk menangkap Syamsul begitu juga Waspada. Idealnya, Rizal menyampaikan dalam simpulan hasil risetnya bahwa penulisan berita korupsi membantu aparat penegak hukum untuk mengumpulkan informasi dan berorientasi untuk mengungkapkan fakta korupsi yang ada bukan seperti apa yang teridentifikasikan dalam riset.
Selanjutnya adalah pemaparan Hasil Riset dari Media Analis KIPPAS yang kedua Pemiliana Pardede, Analisis Framing Berita Kasus Dugaan Korupsi Syamsul Arifin pada 5 Surat Kabar di Medan, penulis piker hasil riset Pemi kurang lebih menyimpulkan sama dengan hasil riset Rizal yang membedakan hanya dari teknis analisanya, Pemi mengambil teknik Analisis Framing. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Di dalam framing, mengakibatkan wartawan bisa mempunyai frame yang berbeda pada suatu peristiwa yang sama.
Kami dari Dinamika yang berhadir berjumlah lima orang ada Nurul Fauziah, Irhas Pulus, Dwi Nopi, Lita Maysarah Desi dan Almi. Pada sesi pemaparan hasil riset, daku cukup merasakan kerumitan entahlah apa yang dirasakan kawanku juga sama seperti yang kurasakan. Aku tidak tahu.
Tiba saatnya tim Pembahas untuk memberikan komentarnya terhadap tim Penyaji. Hendra dalam komentarnya menyampaikan bahwa kelima media tersebut dan media lainnya adalah wajar menuliskan tentang sosok Syamsul yang begitu dielu-elukan masyarakatnya karena memang itu fakta yang terjadi di masyarakat inilah apa yang disebut dengan istilah The Mirror Approach, realitas media yang ada adanya. Selain itu dalam komentarnya juga Hendra menyampaikan beberapa kelemahan KIPPAS, sebaiknya KIPPAS harus menganalisi per media bahkan jika perlu menghadirkan media tersebut sehingga riset yang ada bisa mengandung cover both sides.
Pada sesi berikutnya komentar Ade Armando sebagai tim pembahas kedua. Dalam argumen-nya Ade mengkritik istilah yang digunakan KIPPAS terhadap media yang orientasi positif dan negative terhadap Syamsul, seharusnya istilah KIPPAS menuliskan orientasi positif berarti media yang dalam penyajian berita tentang Syamsul cukup getol bagaimana agar kasus korupsinya terkuak, sedangkan media yang lembek dalam menggali informasi tentang kasusnya Syamsul dinilai oleh KIPPAS sebagai media yang berorientasi negative. Istilah positif dan negative ini dinilai Ade kurang tepat sebaiknya ditulis dengan istilah sesuai dan tidak sesuai prosedur.
Selain itu, Ade yang pagi itu memakai stelan atasan Kemeja Batik cukup mengkritisi media watch dog KIPPAS. KIPPAS dinilai Ade terlalu menggunakan bahasa ilmiah, Ade menyarankan agar KIPPAS sedikit menurunkan bahasanya sehingga orang non akademisi bias memahaminya.
Ade juga sependapat dengan Hendra yang mengharuskan kelima media untuk hadir pada seminar tersebut. Pelajari juga dapur redaksi media tersebut ketika membahas kasus korupsi Syamsul di meja redaksi.
Wuah…bener-bener inspirasi di hari Selasa yang cerah ceriah. Dapat ilmu tentang korupsi. Semoga kasus korupsi di Indonesia bias terkuak tuntas deh!.
Salut buat KIPPAS yang concern sebagai media watch dog yang sejatinya media seperti inilah yang amat sangat ditakuti pemerintah sehingga segala elemen pemerintahan bisa berpikir dulu sebelum berbuat karena ada media yang selalu mengawasi dan siap menyebarkan informasi ke masyarakat. Selain itu bukan berarti pers sendiri tidak diawasi, tentu saja diawasi khususnya pers di Medan yang ranahnya KIPPAS dalam menganalisa media-media yang berpengaruh di Medan. Sukses buat KIPPAS semoga tetap bisa objektif dan tajam menganalisa berita yang terus berkembang tiap detiknya. Semoga kita bisa!.
Salam Pers!