Sepintas Sejarah Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia
Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dicetuskan pada tahun 1972 yang sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan lingkungan dari dua tahun sebelumnya ketika seorang senator Amerika Serikat Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotornya dan tercemarnya bumi oleh ulah manusia. Maka ia mengambil prakarsa bersama dengan LSM untuk mencurahkan satu hari bagi usaha penyelamatan bumi dari kerusakan. Pada tanggal 22 April 1970 Gaylord Nelson memproklamasikan Hari Bumi (Earth Day), sehingga tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Bumi (Earth Day).
Awal mula penetapan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dimulai semenjak diadakannya Konferensi Internasional Lingkungan Hidup “Human Environment” pada tanggal 5-16 Juni 1972. Konferensi Internasional ini merupakan pertemuan umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di
Hari lingkungan hidup se-dunia, harinya siapa ?
Satu lagi yang kita peringati sebagai hari peringatan yang menyedihkan. Setelah kemarin memperingati Hari Kelahiran Pancasila, yaitu hari lahirnya pancasila, hari ini kita memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, ini karena yang diperingati sudah sedemikian rusak keadaannya. Semakin sempit ruang tinggal kita yang betul-betul nyaman dan aman.
Bumi yang kita tinggali ini, manusia dan seluruh makhluk hidup diatasnya, adalah sebuah bola bundar yang satu-satunya di alam semesta ini diketahui memiliki kehidupan dan bisa dihuni oleh makhluk hidup. Jangan kita berkhayal bahwa dilangit
Lingkungan hidup adalah wilayah bumi yang dihuni oleh berbagai kelompok makhluk hidup yang terkait dalam satu mata rantai kehidupan dan ekosistem. Dimanapun kita berada tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan lingkungan hidup yang saling terkait. Globalisasi sebenarnya bukan hal baru bagi alam ini karena sudah dikenal sejak awal bumi diciptakan.
Kegiatan yang dilakukan manusia di Eropa dan berdampak terhadap lingkungan hidup di
Memperbaiki Kualitas Lingkungan Hidup
Di usianya yang semakin renta ini, bumi terus menerus diterpa berbagai bencana akibat ulah manusia; meliputi pencemaran asap kendaraan bermotor, asap mesin pembangkit daya listrik, asap pabrik, pembukaan lahan baru dengan cara menebang pepohonan, penggundulan hutan sampai ke tingkat pemusnahan spesies flora dan fauna.
Kondisi lingkungan alam kita kini dan sekarang mengajak kita untuk kembali membangun sikap menyayangi bumi. Sikap peduli lingkungan dapat dilakukan lewat upaya pengelolaan sampah dan menanam pohon untuk mengurangi laju pencemaran lingkungan.
Dunia mengecam dengan keras tindakan ekspor asap dari
Hal ini mengakibatkan temperatur dimuka bumi semakin panas, amat sangat tidak nyaman untuk hidup kita bersama sehingga manusia berlomba-lomba berupaya menurunkan suhu ruangan mereka. Upaya ini tentunya menghabiskan energi lebih banyak, dan menambah banyak lagi pembakaran dan hasil sampingannya (lagi lagi) adalah CO2 ditambah gas ikutan CH4 dan N2O yang ujung-ujungnya adalah membentuk lapisan pekat di atmosfir kita, lazim disebut sebagai Gas Rumah Kaca (GRK).
Keadaan ini menyebabkan panas matahari yang seharusnya dapat memantul keluar terhalang GRK dan memantul kembali ke bumi, inilah proses bertingkat yang menyebabkan pemanasan global.
Pada tanggal 28 Maret 2009, Indonesia (baca: Jakarta) untuk pertama kalinya ikut serta dalam Eart Hour, kegiatan yang telah lama dirintis oleh WWF (World Wide Fund for Nature yang juga dikenal sebagai World Wildlife Fund), dimana warga Jakarta memadamkan listrik selama satu jam dari pukul 20.30 WIB sampai dengan pukul 21.30 WIB.
PLN menyatakan tindakan ini berhasil menghemat pemakaian daya listrik sebanyak 300 megawat, lebih dari cukup untuk menerangi 900 desa di Indonesia (bandingkan dengan kapasitas yang dimiliki Bangka Selatan saat ini yang tidak mencapai 10 megawatt) Earth Hour merupakan kampanye WWF dalam menyikapi perubahan iklim global, yang secara rutin telah dilakukan dengan menghimbau individu, pelaku bisnis serta pemerintah dari berbagai negara di belahan dunia untuk tidak menggunakan daya listrik selama satu jam sebagai pernyataan dukungan penanggulangan perubahan iklim.
Apakah dengan mengelola sampah saja bisa menghambat lajunya kerusakan lingkungan hidup? Jawabannya Tidak! Namun, bagaimanapun kalau dengan memulai mengelola sampah dengan benar, itu merupakan tahap awal guna menjaga dan mengurai kerusakan lingkungan. Marilah kita berhenti berwacana, sudah saatnya kita bertindak nyata sesuai fakta. Mulai mengubah pola hidup boros menjadi pola hidup yang hemat, seperti dalam pemakaian listri, BBM, dan air.
Menurut Eka Justiar, pengamat lingkungan. Cara salah yang selama ini dipakai masyarakat kita untuk memusnahkan sampah adalah dengan cara membakarnya, proses ini hanyalah memperburuk kualitas udara yang kita hirup setiap saat. Sangat tidak ramah lingkungan, tindakan pembakaran akan selalu menghasilkan gas CO2 dan yang lebih parah jika plastic ikut terbakar, maka dioxin akan terbentuk dan secara perlahan tapi pasti akan meracuni manusia yang menghirupkan.
Yang menjadi pertanyaannya adalah relakah kita membiarkan racun-racun bebas diudara, lalu terhisap oleh kita, dan secara otomatis meracuni tubuh? Relakah kita, sampah yang kita bakar akhirnya memenuhi udara dengan gas beracun? Dan juga menambah parah pemanasan global, yang dampaknya kembali ke kita juga? Kalau kita orang yang sehat akal, tentu jawabannya TIDAK.
Sebaliknya, tidakkah kita ingin bumi ini semakin hijau dan subur berkat kompos yang kita hasilakn? Tidak inginkah kita, untuk masa yang akan datang, udara yang dihirup anak cucu kita bersih aman dari kotoran dan penyakit? Masih sama, kalau kita orang yang sehat akalnya, jawabannya pasti SAYA MENGINGINKANNYA.
Bila kita sepakat melakukan semua hal diatas, tentunya bumi kita akan tersenyum, tanah semakin subur, tidak ada lagi gas metana yang terkumpul di TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah), pembakaran, kandungan gas CO2 yang mencemari udara, racun dioxin beterbangan mencari mangsa.
Hingga akhirnya, jika kita masyarakat Medan bersatu padu dan melangkah bersama dalam mensukseskan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, artinya kita telah membuat tanah tersenyum pada kita, air bergemercik riang pada kita, udara beterbangan dengan riang gembira pada kita. Pada Masyarakat
*Penulis adalah mahasiswa pengamat lingkungan yang juga aktif di komunitas penulis santri
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda..?