rss

Kamis, 23 September 2010

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

Oleh : Fauzan Arrasyid *Tambah Gambar

MInggu, 15 Agustus merupakan hari yang cerah dari biasanya. Kalau selama ini sahurku ditemani oleh suara rintikan hujan yang kejar-kejaran jatuh membasahi bumi. Kuawali pagi ini dengan membaca buku karangan Erwandi Tirmizi yang berjudul Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan. Saya buka halaman pertama, tertulis disitu tanggal pembeliannya yakni tanggal 18 Agustus 2008, bertepatan dengan hari kelahiranku. Karena pada saat itu nuansa kemerdekaan sangat kental terasa, saya membelinya walau tidak membacanya sampai habis ketika itu. Tahun ini, kalau pada bulan agustus Gairah Kemerdekaan dirasakan sangat meriah, pada tahun ini, gairah itu kembali kita rasakan ditemani dengan gairah nikmatnya Bulan Ramadhan. Membuat perayaan ini terasa begitu meriah. Selain bersyukur dapat menikmati Ramadhan tahun ini, hendaknya kita juga mensyukuri nikmat karena juga dapat merasakan gairah kemerdekaan perjuangan bangsa sekitar 65 tahun silam.

Proklamasi yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945, atau 17 Agustus Tahun 2605 menurut tahun Jepang dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Hari itu awal dimulai terbukanya pintu kemerdekaan Indonesia. Semua rakyat saat itu berusaha berumah dan berkembang, seiring aura kemerdekaan yang dirasa bersama. Cukup lama kita dijajah, tiga setengah abad dijajah oleh colonial belanda dan terakhir empat tahun kita dijajah oleh Negara Matahari Terbit Jepang. Tak heran jika setiap tanggal 17 Agustus seluruh rakyat merayakannya, guna menghormati dan merasakan nilai-nilai perjuangan para pejuang.

Kini memasuki bulan Agustus, nuansa merah-putih pun mulai terlihat. Di jalan-jalan raya sudah banyak pedagang yang menjual bendera merah-putih. Setiap rumah, gedung dan bangunan lain maupun di jalan-jalan kecil juga tak ketinggalan. Seluruh warga Indonesia bersiap merayakan Hari Kemerdekaan.Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia selalu identik dengan upacara 17 Agustus dan berbagai perlombaan. Bagi warga Indonesia, melaksanakan upacara bendera pada 17 Agustus merupakan sebuah kewajiban, sekaligus sebagai ungkapan dari rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa. Maka di setiap instansi dan lembaga di Indonesia melaksanakan upacara. Hal lain yang tidak ketinggalan dalam menyambut Hari Kemerdekaan adalah, berbagai lomba yang diadakan di setiap wilayah dimana kita tinggal. Dari mulai lomba makan kerupuk yang tidak pernah absen di setiap tahunnya sampai lomba olahraga dan lomba-lomba lain yang lebih bebeda di setiap wilayah menjadi tradisi tiap tahunnya. Tetapi, benarkah kita sudah mensyukuri nikmat kemerdekaan itu? Atau kita hanya senang berpawai ria tanpa ada nilai yang kida dapat?

Hidup dalam cengkaraman penjajah yang selalu bertindak sewenang-wenang; merampas hak-hak, mencaplok tanah, mempekerjakan secara paksa tanpa imbalan, selain cemeti yang tak henti-henti mendera tubuh yang hanya dibalut kain seadanya, bila ada seseorang yang berbicara menuntut hak-haknya, tak jarang disumbat dengan berbagai senjata, hingga ia diam seribu bahasa.

Cuplikan salah satu sudut kehidupan bangsa Indonesia yang terjajah, sebelum 65 tahun yang silam, mungkin tidak terbayangkan oleh generasi belakangan yang hanya mengeyam nikmatnya hidup di alam kemerdekaan, akibat dari terlupakannya kepedihan hidup di bawah kangkangan penjajah, hilangnya rasa syukur. Oleh karena itu Allah mengingatkan para shahabat akan nikmat kemenangan di perang Badr, yang sebelumnya mereka dalam kehinaan dan lemah, Allah SWT berfirman:

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badr, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya" (Ali Imran: 123)

Allah ingatkan para shahabat akan kepedihan hidup mereka sebelum kemenangan agar bisa mensyukurinya.
Untuk mengingatkan generasi ini, saya kira, kita tidak perlu harus memaksa mereka untuk menonton film-film tentang penjajahan Belanda di bioskop dengan dipungut bayaran. Cukup diingatkan mereka akan kepedihan teman-teman sebaya mereka anak-anak terjajah di Irak dan Palestina, setiap hari mereka saksikan hidup bergelimang kesengsaraan, menghadapi kebengisan dan kekejaman penjajah yang hanya mau menyapa mereka dengan senjata penghancur dan alat-alat berat yang setiap saat siap meruntuhkan rumah tempat mereka bernaung, dan tak jarang mereka bersimbah air mata dipaksa berpisah dengan orang tuanya, tak tahu entah kapan mereka akan saling bersua -semoga Allah mempertemukan mereka di dalam surga-Nya-.

Cara mensyukuri nikmat kemerdekaan

A. Mensyukuri dengan kalbu: dalam bentuk pengakuan bahwa nikmat kemerdekaan semata-mata berasal dari Allah. Dan perwujudan dari bentuk syukur ini para pendiri bangsa telah menggoreskan pena mereka dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45: "Dengan rahmat Allah Yang Maha Esa…".

Bila ini diingkari tidak menutup kemungkinan, Allah akan mencabut nikmat-Nya dan menggantinya dengan niqmah (azab). Seperti yang terjadi pada kaum kafir Quraisy yang mengganti nikmat Allah (Muhammad shallahu alaihi wasallam) dengan mendustakannya, Allah berfirman: "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan" (QS. Ibrahim:28)

B. Mensyukuri dengan lisan: Dalam bentuk bertahmid dan bertahlil kepada-Nya, serta berterima kasih dan menyebut jasa baik para pahlawan, juga tak lupa mendoakan mereka, semoga amalnya diterima Allah. Menyebut jasa baik tersebut juga bagian dari syukur kepada Allah, berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam: "Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti tidak bersyukur kepada Allah"

(HR.Abu Daud, dishahihkan oleh Ahmad Syakir).

C. Mensyukuri dengan perbuatan dalam bentuk:

Sujud syukur saat nikmat kemerdekaan itu tiba, ini saya kira, telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Setiap kita memperoleh nikmat dianjurkan langsung bersujud, berdasarkan hadits Abu Bakrah, dia berkata: "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bila datang kepadanya kabar gembira atau diberitakan, beliau serta-merta bersujud dalam rangka bersyukur kepada Allah". (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Bani).
Mengisi nikmat kemerdekaan dengan amalan yang disyariatkan Allah menuju ridha-Nya, dalam berbangsa dan bernegara.

Ada beberapa perbuatan yang sering kita saksikan di setiap bulan Agustus yang bertentangan dengan makna syukur, diantaranya; lomba goyang yang diiringi musik antara dua orang yang berlawanan jenis kedua kening mereka dirapatkan dan tengahnya diletakkan bola kecil, puncak peringatan agustusan dengan diringi musik dan tidak jarang disaat itu minuman memabukkan berkeliaran dari satu tangan ke tangan yang lain. -Naudzubillah- orang mensyukuri nikmat Allah dengan berbuat maksiat kepada-Nya. Perumpamaan mereka tak ubahnya seperti kaum yang disinyalir Allah dalam firman-Nya,

Katakanlah : "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut, dengan mengatakan : "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur". Katakanlah : "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan kemudian kamu kembali mempersekutukannya"(QS. Al An'aam: 63-64)

Kesimpulan

Banyak cara untuk mensyukuri nikmat Kemerdekaan ini. Bisa dari hati, lisan, bahkan dari perbuatan. Terserah anda pilih yang mana. Semuanya benar, yang salah adalah anda tidak menyukuri nikmat yang sangat besar ini. Semoga melalui tulisan singkat ini, dapat menjadi cahaya bagi kita semua, ummat Islam. Untuk senantiasa bersyukur, atas segala kenikmatan yang ternyata sangat sering kita lupakan. Selamat Bersyukur, dan Merdeka !

*Penulis adalah Mahasiswa IAIN-SU Fakultas Syariah Jurusan Ahwalul Syahsiyah (AS) Juga santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan


0 komentar:


Posting Komentar

Komentar anda..?