rss

Rabu, 03 November 2010

PERS MAHASISWA, MASIH PERLUKAH ?

Oleh Fauzan Arrasyid *


There are only two things that can be lightening the world. The sun light in the sky and the press in the earth. (Mark Twain)

Tentu bagi sebahagian kita para pemerhati dunia jurnalistik akan sangat setuju dengan ungkapan Mark Twain, Penulis Novel Life on the Mississippi ini. Bahwa hanya ada dua hal yang bisa membuat terang bumi ini, yakni sinar matahari dilangit dan pers yang tumbuh berkembang di bumi ini. Pers sendiri memang tidak bisa dipisahkan kaitannya dengan macam ragam informasi yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani peradabannya. Mulai dari persoalan corak warna hidup sampai hal yang detail sekalipun tentang sebuah eksistensi kehidupan.

Dalam peradaban manusia, Pers sangat dikenal mempunyai fungsi yang essential. Mulai dari education function (fungsi pendidikan) , Information (sumber informasi), entertainment (hiburan) dan social control (fungsi kontrol sosial). Sehingga wajar kalau kita melihat pers menjadi suatu kebutuhan dan menyebabkan “momok” bagi negara yang menerapkan sistem outhoritarian. Pers menjadi kekuatan maha dahsyat yang dapat menggerakkan siapa saja untuk berbuat seperti yang kita kehendaki atau sekedar mempengaruhi/menciptakan public opinion (komunikasi massa). Dan, pers sendiri terlanjur menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

PERS MAHASISWA

Jika kita cermati, Pers Mahasiswa merupakan gabungan dari dua unsur kata yakni Pers dan Mahasiswa. Pers berarti segala macam media komunikasi yang ada. Meliputi buku, majalah, Koran, bulletin, radio ataupun televisi serta kantor berita. Pers tentunya sangat identik dengan News/berita. Maka, ada benarnya juga ketika kita meleburkan kata News menjadi North, East, West, dan South. Yang bisa diartikan dengan datangnya arah informasi melalui empat penjuru mata angin (berbagai tempat). Oleh sebab itu, Pers/News hendaknya menganduk unsur-unsur publishita (tersebar luas dan terbuka), aktualita (hangat dan baru) dan periodesita ( mengenal jenjang waktu. Contohnya : harian, mingguan atau bulanan).

Mahasiswa sendiri mempunyai definisi bahwa kalangan muda yang berumur antara 19 – 28 tahun yang memang dalam usia itu manusia mengalami suatu peralihan dari remaja ke fase dewasa. Pada fase peralihan itu secara Psikologis Aristoteles mengatakan kaula muda mengalami suatu minat terhadap dirinya, minat terhadap sesuatu yang berbeda atas lingkungan dan realitas kesadaran akan dirinya. Sosok Mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan obyektif, sistematis dan rasional. Disamping itu, Mahasiswa merupakan suatu kelompok masyarakat pemuda yang mengenyam pendidikan tinggi, tata nilai kepemudaan dan disiplin ilmu yang jelas sehingga hal ini menyebabkan keberanian dalam mereleksikan kenyataan hidup di masyarakat. Dan tata nilai itulah yang juga menyebabkan radikal, kritis, dan emosional dan secara perlahan menuju suatu peradaban/kultur baru yang signifikan dengan hal-hal yang bernuansa aktif, dinamis dan senang pada perubahan. sehingga dari dasar inilah, kawan-kawan bisa melihat ciri khas mahasiswa sebagai pengelola pers mahasiswa berbeda dengan pers umum.

(Harusnya) Pers Mahasiswa Berfungsi Sebagai :

Pers mahasiswa dikenal sebagai bagian yang utuh dari kehidupan perguruan tinggi. Di berbagai kampus terkemuka di tanah air kita, tradisi keberadaan pers mahasiswa telah berlangsung cukup lama. Hal tersebut sama dengan yang dijumpai di hampir setiap kampus di berbagai negara di dunia. Umumnya pers mahasiswa merupakan saluran informasi dan opini yang dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan analisis mahasiswa mengenai kehidupan berkampus, bermasyarakat dan bernegara. Kemampuan tersebut memang dibutuhkan sejalan dengan proses pembelajaran yang ditempuh oleh setiap mahasiswa.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan pers mahasiswa seperti peluang melatih diri dalam hal kepemimpinan, memecahkan masalah, berperilaku jujur, objektif, seimbang, keterbukaan dan belajar melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang. Prinsip-prinsip jurnalisme yang menjadi acuan bagi pers mahasiswa, menuntun mereka untuk menerapkan hal-hal tadi dalam perilaku yang nyata tatkala menjalankan kegiatan pers mahasiswa sehari-hari.

Penulis sangat setuju dengan perkataan Zulkarimein Nasution seorang Pengajar Program Sarjana Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Ia menuturkan bagaimanakah aktualisasi dan peran pers mahasiswa dalam era kebebasan pers. Ada beberapa kenyataan yang relevan dengan pertanyaan tersebut. Pertama, pers mahasiswa merupakan media ekspresi tempat mengemukakan pikiran dan pendapat di kalangan komunitas mahasiswa sebagai bagian dari komunitas akademis. Kedua, pers mahasiswa merupakan lahan penyemaian (breeding ground) bagi tumbuhkembangnya pelaku pers profesional. Ketiga, pers mahasiswa (pernah) menjadi “kawasan penyangga” (buffer zone) kebebasan pers di suatu masyarakat.

Keempat, pers mahasiswa diharapkan oleh masyarakat luas mencerminkan keunikan dalam isi pesan yang tidak dapat diakses dimana-mana di tempat lain, tapi hanya ada di pers mahasiswa, karena domisilinya yang khas di lingkungan universitas.

Sebagai sebuah komunitas, perguruan tinggi memang membutuhkan adanya saluran informasi yang memungkinkan warga komunitas dimaksud mengetahui apa yang tengah terjadi dan mereka dapat menyatakan respon mereka terhadap sesuatu hal yang sedang berlangsung di lingkungan komunitas tersebut mau pun lingkup yang lebih luas di luarnya. Untuk itulah pers mahasiswa hadir di lingkungan kehidupan kampus.

Seperti diketahui, pers mahasiswa berfungsi sebagai saluran ekspresi yang mewadahi kebebasan berpendapat atau pun juga dikenal sebagai kebebasan akademik yang menjadi karakter komunitas perguruan tinggi. Ciri penting dari kebebasan ini terletak pada kebertanggungjawabannya pada civitas akademika serta masyarakat secara keseluruhan. Dalam penerapannya, kebebasan akademik senantiasa dipagari oleh sejumlah rambu etika dan moral yang memandunya agar tidak keluar dari rel yang seharusnya. Memang mengenai hal ini senantiasa berkembang diskusi yang menarik tentang seberapa bebas dan seberapa bertanggungjawab praktek kebebasan itu dalam pelaksanaannya. Batasan yang definitif mengenai hal tersebut memang tidak mudah untuk dirumuskan. Namun yang lazim menjadi rujukan adalah nilai-nilai moral dan etik yang berlaku di masing-masing lingkungan. Di atas itu semua, hal ini merupakan pendidikan bagi mahasiswa mengenai hak dan kewajiban mereka berkenaan dengan kebebasan tersebut, yang kelak diharapkan menjadi bekal untuk menjadi seorang warga negara yang melibatkan diri (involved citizens) dalam kehidupan bernegara.

Selama ini pers mahasiswa juga telah terbukti merupakan tempat bersemainya bibit-bibit calon pelaku pers profesional. Telah banyak jurnalis dan tenaga manajerial pers profesional yang dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan pers mahasiswa. Kelak mereka itu setelah menyelesaikan studi umumnya mendapat apresiasi dan tempat yang baik serta sambutan yang “welcome” di lingkungan pers profesional. Seorang maestro jurnalis kita, Rosihan Anwar menyatakan pers mahasiswa sebagai breeding ground buat tumbuhnya jurnalis professional. Ini tentunya merupakan pengakuan yang cukup membesarkan hati.

Berikutnya, pengalaman mengajarkan bahwa ketika iklim kehidupan sosial politik kita telah membelenggu ruang gerak pers professional dalam menjalankan fungsinya, pers mahasiswa tampil memerankan fungsi tersebut. Publik pernah merasakan peran yang dilakukan oleh — sebagai contoh — tabloid Gelora Mahasiswa (Universitas Gadjah Mada) dan Salemba (Universitas Indonesia) serta pers mahasiswa lainnya pada era 70-an manakala pers professional saat itu boleh dikatakan telah ”tiarap”. Hal itu tentu tidak terlepas dari dukungan pimpinan universitas dan seluruh civitas akademika serta adanya tradisi kebebasan akademik di perguruan tinggi.

Berikutnya, banyak hal yang dapat digarap oleh pers mahasiswa yang merupakan comparative advantage karena basisnya di perguruan tinggi. Hampir segala macam resources dan keahlian dalam beraneka bidang boleh dibilang ada di universitas. Itu semua merupakan asset yang amat berharga untuk mengembangkan pers mahasiswa yang berbobot dan mendapat tempat di hati khalayak.

Untuk itu diperlukan sejumlah langkah upaya agar cita-cita tersebut dapat dicapai. Pertama, perlu suatu panduan jurnalisme yang menjadi acuan dalam mengaktualisasikan peran pers mahasiswa di era kebebasan pers. Kedua, juga dibutuhkan sejumlah tuntunan praktis (practical guides) mengenai hal-hal teknis seperti reporting, editing, manajemen, serta monitoring dan evaluasi. Ketiga, dalam mengimplementasikan kebebasan pers, diperlukan pula referensi tentang etika jurnalisme. Keempat, kalangan pers mahasiswa perlu mengembangkan dan menjalin networking di antara sesama agar dapat saling membantu dan berbagi.

Sustainability: problem “abadi”

Akan tetapi, ternyata kebebasan saja tidak cukup untuk terwujudnya pers mahasiswa yang langgeng dan berkelanjutan. Ada sejumlah faktor penting yang menentukan hal itu, di antaranya adalah kebersediaan (willingness) para mahasiswa untuk menjadi pelaku yang tangguh dan ulet, semangat berdedikasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, apresiasi terhadap aktivitas pers mahasiswa, kemauan untuk terus menerus belajar dan belajar dan dukungan lingkungan yang memadai.

Mengapa pers mahasiswa di tempat kita umumnya mengidap penyakit discontinuity? Menirukan pepatah: jangan “patah tidak tumbuh dan hilang tanpa berganti”. Apakah ada kaitan persoalan ini dengan kesementaraan kemahasiswaan itu sendiri? Bisakah diupayakan agar meski pun mahasiswanya silih berganti, namun media pers mahasiswa di suatu kampus tetap langgeng dan berkelanjutan? Sebagai contoh, koran kampus Universitas Indonesia Salemba hanya berusia balita, lalu punah. Yang terus bertahan barangkali cuma Media Aesculapius di fakultas kedokteran UI.

Untuk itu sudah saatnya dilakukan langkah yang konkrit menata pengelolaan pers mahasiswa dengan menerapkan konsep keprofesionalan di semua bidang.

*Penulis adalah ketua komunitas penulis santri Medan juga aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika IAIN-SU

0 komentar:


Posting Komentar

Komentar anda..?