Oleh Fauzan Arrasyid *
“Mana ada peluang penulis pemula untuk media massa, bang !”
Pernyataan ini keluar begitu cepat dari seorang peserta pelatihan jurnalistik “Motivasi Menulis” yang dilaksanakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika IAIN-SU bekerjasama dengan Komunitas Penulis Santri (kops), Sabtu 16 Oktober 2010. Ruang pelatihan terasa tambah ricuh ketika pernyataan itu dibenarkan oleh beberapa peserta yang mendukung.
Senyum simpul terlihat diwajah trainer pelatihan. Menandakan kemenangan sebagai seorang trainer akan segera dirasa. Sontak peserta terkejut, ketika mendengar pernyataan trainer yang bukannya memberikan solusi malah membenarkan pernyataan peserta. Ia mengatakan dengan mantap “Media mana yang mau menerima naskah dari seorang penulis pemula seperti Anda ?”
“Penulis Pemula pasti sangat susah menerbitkan tulisannya di media, semua media lebih mementingkan tulisan penulis hebat dan terkenal !”
“ Saya masih sangat pemula, sangat tidak mungkin dapat bersaing dengan penulis senior !”
Fakta yang terlupakan
Anda mungkin sangat sering mendengar pernyataan seperti diatas, bukan ? bila anda salah seorang dari penulis pemula, mungkin anda juga mengiyakan pernyataan-pernyataan itu. Anda setuju bahwa peluang penulis pemula sangat sempit bahkan nyaris tidak ada sama sekali. Benarkah demikian ?
Sahabatku, saya tidak akan banyak berteori. Untuk menjawab kenyataan ini, saya mengajak anda untuk melihat beberapa fakta objektif yang termuat dalam bukunya Jonru Ginting Cara dahsyat Menjadi Penulis Hebat yang selama ini mungkin anda lewatkan.
o Sebelum Andrea Hirata menjadi terkenal seperti sekarang ini, sebelum ia menuliskan novel berjudul Laskar Pelangi, sebelum novelnya Laskar Pelangi menjadi best seller tingkat nasional dan dibaca jutaan orang. Apakah ada orang yang mengenal namanya ? Seorang Andrea Hirata saat itu juga sama seperti anda. Tidak dikenal jutaan orang, masih sebagai seorang penulis pemula. Sama seperti anda..!
o Sebelum menerbitkan novel Jomblo, Aditya Mulya juga masih sangat pemula.
o Sebelum menerbitkan buku Kambing Jantan, Raditya Dika juga masih sangat pemula.
Secara logika, tidak ada penulis yang tiba-tiba sukses dan terkenal. Mereka semua juga pasti pernah melewati status dengan nama penulis pemula. Kita mungkin lupa fakta ini, karena kita hanya mengenal nama-nama penulis ngetop setelah mereka terkenal. Apakah anda tahu bagaimana perjuangan mereka sebelum mereka menjadi terkenal ? ketika status mereka masih sama, sebagai seorang penulis pemula ?
Peluang Penulis Pemula di Media Cetak
“Apakah media cetak benar-benar menutup kesempatan bagi penulis pemula ?”
Tentu saja tidak ! Hampir semua media sebenarnya sangat terbuka terhadap naskah-naskah dari penulis pemula. Bagi sebuah media, yang terpenting dan yang paling diutamakan adalah tulisan-tulisan yang berkualitas dan sesuai dengan misinya. Artinya, keyakinan serta kepercayaan diri yang tinggi sebenarnya yang menentukan semuanya, sehingga lahirlah tulisan yang berkualitas.
Beberapa ketakutan serta anggapan salah, yang menjadi benteng penghalang menjadikan kita penulis yang berke pe-de an tinggi, saya dapat ketika mengikuti Pelatihan Kepenulisan oleh Komunitas Penulis Santri Medan (kopsMedan) yang bekerjasama dengan Lembaga Baca Tulis (eLBeTe SUMUT) beberapa bulan lalu.
Menulis itu tidak butuh bakat !
Orang bijak pernah mengatakan bahwa pengaruh bakat dalam meraih kesuksesan hanyalah 1 % saja. 98 % adalah hasil kerja keras, 1 % lagi adalah factor keberuntungan sebagaimana di tuils Malcom Dladwell dalam bukunya The Outliers. Begitu pulalah kiranya menulis, dalam sampul belakang bukunya, Gola Gong pengelola Rumah Dunia menuliskan hal ini dengan penuh keyakinan yang begitu besar. Ia menuliskan Menulis itu bukan bakat, tapi usaha yang terus diasah. Menarik bukan ?
Menulis tidak butuh keahlian
Bila anda menunggu hingga punya keahlian dan pengetahuan yang banyak untuk memulai menulis, anda tidak akan pernah menjadi ahli. Pengetahuan serta keahlian justru anda dapatkan dari peraktek menulis. Semakin sering menulis, maka keahlian anda akan semakin baik (Jonru Ginting).
Saya mendapatkan kata-kata bombastis diatas dari newsletter belajarmenulis.com. kata-kata tersebut begeitu menggairahkan bagi saya untuk memulai menjadi ahli. Toh saya tidak tahu kapan saya akan menjadi ahli. Jadi, anda tidak perlu menunggu untuk menjadi ahli dalam memulai sesuatu, tetapi keahlian tersebutlah yang akan dating jika anda memulai.
Takut menyalahi ejaan dan tata bahasa
Ketakutan seperti ini sering menimpa seorang yang mau mulai menulis. Ya, dia mau memulai tapi sudah takut terlebih dahulu. Maka, caranya hilangkanlah rasa taku itu. Jangan pernah memulai menulis dengan perasaan takut seperti ini. Karena ketakutan akan menghambat keluarnya ide-ide berilian anda.
“kata depan disambung apa ya..? mengaakhiri kalimat langsung, titik dulu atau tanda kutip dulu ya..? yang benar berbagai atau perbagai ?...” untuk memulai menulis, hilangkan ketakutan-ketakutan seperti ini. Menulislah dengan segera dan tuangkan saja ide-ide yang ada. Menulislah sebebas-bebasnya, itulah yang disarankan Peter Elbow dalam bukunya Writing Without Teacher. Bebaskan dirimu dari ketakutan yang menyalahi ejaan dan tata bahasa. Bebaskanlah, karena untuk memulai menulis, anda harus terbebas dari semuanya.
Takut menyalahi pendapat orang lain
Pepatah arab mengatakan “Setiap kepala, memiliki pendapat yang berbeda”. Artinya, anda adalah anda, yang berpendapat dan mempunyai pandangan ! dan yang lebih penting, sandarilah pandangan tersebut pada sandaran yang benar.
“ Kalau saya menulis seperti ini, kira-kira pendapat orang gimana ya ? Wah saya masih terlalu muda gak ya, kalau menulis tentang hokum ? apa pendapat saya nanti tidak menyalahi pendapat para ahli ?” ketakutan-ketakutan seperti inilah yang sering menyapa mereka yang ingin mulai menulis. Maka untuk menghancurkan benteng kedua ini, sekali lagi, kosongkanlah perasaan-perasaan seperti ini. Menulislah, dan keluarkanlah keberanianmu. Thomas J. Stanley dalam bukunya The Millionaire Mind mengatakan ; Ada hubungan signifikan antara keberanian dan keberhasilan. Orang sukses selalu mengambil resiko untuk sukses, dan untuk mengambil resiko tersebut memerlukan keberanian.
Selamat, akhirnya anda menjadi penulis. Bukan penulis pemula !
Menurut saya, sudah saatnya status “Penulis Pemula” kita hapuskan dari kamus bahasa kita karena sepertinya juga menjadi penghalang untuk maju. Saya jadi teringat kata-kata pak Ali Murthado ketika mengisi pelatihan kepenulisan di kampus IAIN-SU, ia mengatakan Anda akan menjadi penulis ketika tulisan anda dibaca !. Perhatikan, beliau tidak memakai kata “Penulis Pemula”. Menarik bukan ?
Akhirnya, untuk menjadi seorang penulis sangat tepat bila kita memperhatikan salah satu pesan salah satu teman saya di facebook. Ia menuliskan Jangan Puas(a) Menulis. Artinya Semakin sering orang menulis dan semakin sering pula orang memikirkan (membaca) tulisannya, semakin bagus jualah karyanya.
Harapan terbesar saya tujukan kepada teman-teman sesame Mahasiswa agar berusaha dan sama-sama berusaha mencintai dunia kepenulisan. Agar menjadi Mahasiswa pengabdi dan pencipta. Semoga.
*Fauzan Arrasyd, kru Pers Mahasiswa Dinamika IAIN-SU juga sebagai Ketua Komunitas Penulis Santri Medan.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda..?