Oleh: Nurul Fauziah
Bulan Mei identik dengan bulan yang banyak menorehkan kejadian penting. Bahkan hampir tiap hari di dalam bulan tersebut selalu saja ada peringatan hari yang menasional konteksnya.
Buku adalah pengusung peradaban.
Tanpa buku, sejarah menjadi su
nyi, sastra bisu, ilmu pengetahuan
dan pikiran lumpuh dan spekulasi mandeg. -Barbara Tuchman-
Mulai dari hari pendidikan, hari buruh, hari kebangkitan nasional, tragedy Trisakti dan sebagainya, namun ada satu hari yang menasional yang perayaannya tidak seheboh peringatan hari-hari lain, yakni peringatan hari buku nasional yang jatuh setiap tanggal 17 Mei, saya tidak mengerti kenapa hari yang satu ini bisa terlupa, apakah karena buku tidak lebih penting dari desakan kebutuhan para buruh dan ujung tombak kebangkitan bangsa? Saya pikir kesemuanya adalah penting hanya saja ada porsi-porsi yang tepat di dalamnya agar semua bisa diterima dan dijalankan dengan baik. Termasuk peringatan Hari Buku Nasional 2010.
Di awal pembuka tulisan ini seorang Barbara Tuchman membuat makna buku versi dirinya sendiri, ia bilang bahwa buku adalah pengusung peradaban, dan itu ada benarnya bukulah dokumentasi penting yang mampu menyimpan peradaban selama yang kita mau dan mempelajarinya kapanpun dimanapun. Tanpa buku juga, sejarah menjadi sunyi, apalagi yang tersisa dan tertinggal dari jejak sejarah jika tidak merekamnya pada kumpulan tulisan dan dijadikan buku untuk dibaca generasi berikutnya? tanpa buku pula sastra menjadi bisu, jika sastra bisu, ya sastra tinggal sastra saja tidak ada wujud nyata berupa buku agar bisa bertahan lama dan memiliki sebentuk kesan di hati peminatnya, sastra itu hidup karena ada pembuat dan penikmatnya, sekali lagi karena sastra bicara soal rasa. Dan terakhir kata Barbara Turchman, tanpa buku ilmu pengetahuan, pikiran dan spekulasi mandeg. Jika saja Aristoteles dan kawan-kawan tidak menuliskan pemikirannya di dalam buku sebagai hasil dari buah pikir mereka, mungkin saja apa yang diprediksi Barbara akan terjadi yakni kemandegan berpikir, ilmu pengetahuan mati suri. Artinya jika tidak ada yang mencatat buah pikir mereka, maka tidak ada juga yang membacanya dan menjadikannya pro kontra dengan pemikiran mereka itulah yang membuat kemandegan berpikir.
Lalu persoalannya adalah ada apa dengan buku sampai dibuat hari khusus untuk buku dan mengapa harus buku? Mbak Izzatul Jannah dalam bukunya yang berjudul "Remaja Gila Baca", menjawab pertanyaan tersebut, mengapa buku? karena:
1.Buku itu Abadi
Tentu dengan catatan buku itu tidak dimusnahkan, maka buku itu abadi, termasuk penulisnya. Walaupun sang maestro meninggal dunia, namun dengan buku, hasil dari pemikiran, perenungannya, maka dia menjadi hidup selamanya.
Sejarah, sastra, peradaban, pemikiran semuanya akan abadi jika dirangkum dalam konsep redaksi nyata berbentuk buku.
2. Buku bisa dicerna pelan-pelan = menganalisa
Karena memang buku bentuk yang simpel dan mudah dibawa kemana-mana, bisa dibuka dan dibaca kapanpu kita mau. Ketika berjumpa dengan persoalan pelik yang dituliskan sang penulis dan membutuhkan analisa—sebuah proses penyelidikan, penguraian, penjabaran, memecah persoalan, memecahkan masalah dalam bagian-bagian dengan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian, maka kita pun bisa menganalisanya tanpa harus mengumpulkan naskahnya karena sudah terkumpul rapi dalam bentuk buku, malah bisa jadi dari sebuah buku lalu dianalisa akan bisa melahirkan buku-buku lainnya sebagai hasil dari analisa.
3. Buku Mengasah Imajinasi
The Wizard Boy alias Harry Potter tokoh rekaan yang dibuat oleh JK. Rowling dalam novel yang berjudul sama dengan tokoh utamanya sampai sekarang masih menggelitik sisi-sisi imajinasi saya, begitu berkesan, buku itu membawa saya ke dunia sihir sebenarnya.
Shakti Gawain mengatakan bahwa imajinasi kita pada saat membaca adalah kemampuan menciptakan gagasan / gambaran mental dalam pikiran. Dengan berimajinasi dalam konteks positif memang cukup efektif untuk mengembangkan pikiran beda halnya dengan televise yang sama sekali tidak memberi kesempatan pada otak untuk berpikir karena gambaran mental sudah disajikan dalam bentuk gambar bergerak, tidak ada proses berpikir disana sehingga membuat kita malas berpikir.
4. Poin ke empat yang menjelaskan pertanyaan kenapa buku?, karena buku yang baik itu menggerakkan pikiran. Dalam banyak penelitian lainnya dikatakan bahwa membaca dapat memperlambat datangnya pikun.
Kata Sukono, seorang pakar dalam masalah lansia, sebelum memasuki tahap lansia seseorang harus memiliki pola hidup yang sehat dan atasi dengan banyak melakukan senam crossing, banyak baca, mengisi teka teki silang, dan aktif berorganisasi social.
Sekali lagi yakinlah dengan apa yang dikatakan Mas Andrea Harefa bahwa masa depan suatu bangsa tergantung berapa banyak buku yang dibaca oleh bangsa itu dalam sehari, dan berapa banyak karya yang dihasilkan dari setiap buku yang dibaca oleh bangsa tersebut. Apakah bangsa kita termasuk di dalamnya?
Sejarah Hari Buku dan Ekspresi Dinamika 2010
Sebenarnya hari buku telah lebih dahulu diperingati tapi untuk skala internasional yakni Hari Buku Sedunia yang diperingati setiap tanggal 23 April, tanggal tersebut merupakan tanggal wafatnya penulis William Shakespeare and Miguel de Cervantes yaitu pada tahun 1616. Tanggal 23 April juga sebagai tanggal lahir William Shakespeare pada tahun 1564. UNESCO menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Buku Sedunia sebagai bentuk penghormatan bagi kedua tokoh tersebut yang dikategorikan sebagai penulis dunia yang berjasa dibidangnya.
Sedangkan sejarah penetapan hari buku di Indonesia diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 Mei 1995 sekaligus ditetapkannya bulan Mei sebagai Bulan Buku Nasional.
Jarang ada yang menyambut momen tersebut. Peringatan itu tenggelam, kalah pamor oleh, misalnya, jadwal sidang perceraian pasangan selebriti. Maka dari itu, kami dari Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika sebagai salah satu organisasi intrakampus sekaligus sebagai wadah aspirasi mahasiswa IAIN SU mempunyai gebrakan dalam menyambut HARBUKNAS 2010 dengan menyelenggarakan berbagai lomba yang pendaftarannya dibuka mulai dari tanggal 3-15 Mei 2010. Diantara item yang diperlombakan terkait dunia literasi yakni dunia baca tulis adalah Lomba menulis cerpen, lomba menulis artikel dan terakhir Pemilihan Duta Baca Tulis IAIN SU 2010. Khusus Pemilihan Duta Baca Tulis ini adalah item pemilihan yang baru pertama kali diselenggarakan dan cukup diminati para mahasiswa, mahasiswa cukup antusias terhadap event ini.
Event yang akan dijadikan event tahunan ini cukup melibatkan banyak pihak selain pihak rektorat yang sangat mendukung. Selain itu Acara ini juga didukung oleh pihak-pihak yang berkecimpung di dunia baca tulis seperti eLBeTe—Lembaga Baca Tulis yang dipromotori Ali Murthadha, Forum Lingkar Pena Sumatera Utara dan beberapa penerbit yang ada di kota Medan juga turut mendukung penuh acara yang digawangi oleh kru magang LPM Dinamika.
Gedebuk atau Gerakan Sedekah Buku juga menjadi salahsatu program acara yang turut memeriahkan HARBUKNAS 2010. Para mahasiswa IAIN SU serta para dosen diminta untuk menyumbangkan minimal satu buku yang bermanfaat yang nantinya buku-buku tersebut akan disumbangkan ke taman-taman bacaan yang ada di kota Medan. Program ini adalah bentuk kepedulian dari kita untuk kita terhadap masyarakat yang memang haus akan dunia baca tulis dan semoga dengan gerakan sedekah buku ini turut menggerakkan pihak lain untuk lebih peduli dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di kota Medan dengan begitu budaya baca tulis akan tersebar dan bisa mendarah daging karena seperti yang dikatakan Om Aristoteles, kita adalah apa yg kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan melainkan sebuah kebiasaan.
Program Gedebuk ini sedang berjalan dan kami akan terus membuka kesempatan bagi teman-teman yang ingin menyumbangkan bukunya sampai pada tanggal 19 Mei 2010. Buku-buku tersebut dapat diantar langsung ke sekretariat Dinamika di Kampus II IAIN SU jalan Willem Iskandar atau bisa juga menghubungi kesekretariatan Dinamika untuk menjemput buku ke rumah Anda. Anda bisa menghubungi ke saudari Lita di nomor hp 087868810148.
Acara akan dibuka pada tanggal 19 Mei 2010 dari pukul 09.00 pagi sampai dengan selesai, bagi masyarakat di luar kampus juga bisa turut berpartisipasi karena panitia mendatangkan sejumlah pengusaha baik dari kalangan mahasiswa yang berpastisipasi dalam bazaar dan menjual barang-barang berupa makanan dan kerajinan tangan dan juga beberapa pengusaha dari luar. Pada hari yang sama juga akan diselenggarakan bedah buku yang disponsori tunggal oleh elBeTe serta dihadiri oleh peserta duta baca tulis. Pukul 13.00, pemilihan duta baca tulis akan beraksi dengan menampilkan kemampuan mereka dalam mengkampanyekan dunia baca tulis. Jadi jangan sampai ketinggalan ya!.
Ekspresi Dinamika 2010 juga mengadakan Seminar Nasional yang bertajuk Menikmati Buku Membangun Literasi pada tanggal 20 Mei 2010 dimulai pukul 09.00 pagi sampai dengan selesai. Acara ini dihadiri oleh pembicara yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia baca tulis seperti Ali Murtadha, pembicara sekaligus direktur eLBeTe serta redaktur Analisa yang akan membicarakan Menikmati Buku, Membangun Literasi, Winarti Ransih, novelis kota Medan yang bulan Maret lalu baru saja meluncurkan novel keduanya yang akan membawa judul Semangat Membaca dan Menulis serta Kepala Baperasda yang akan membicarakan, Membangkitkan kembali perbukuan di SUMUT lewat kebijakan pemerintah.
Keseluruhan acara ini akan ditutup dengan acara nonton bareng dan itu gratis.
Penutup
Hari Buku Nasional memang harus sudah mulai beranjak dari sekadar hiruk pikuk yang seremonial sifatnya, menjadi gerakan yang menawarkan perubahan-perubahan substansial. Belajar dari masa lalu, menjadi arif di masa kini, dan optimis menapaki masa depan. Selamat Hari Buku Nasional!
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda..?