Salam dahsyat sobat, Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh..!
Alhamdulillah, malam ini merupakan malam yang paling indah. Sebab, keluhan yang tadi pagi menjadi pengganjal hati terjawab sudah.
Pagi tadi, satu tulisan saya yang berjudul Apakah mungkin saya bisa membuat buku mendapat respon positif dari teman-teman sesame penulis. Bahkan, yang paling membuat saya gembira, komentar mereka semua sejalan dengan hati. Artinya, semua komentar dapat saya terima dengan ikhlas.
Sekedar flashback, tadi pagi saya berbagi masalah, atau curhat kepada teman-teman . satu masalah yang saya sendiri tidak mampu menuliskan alasan, mengapa saya bisa begini.
Saya utarakan sebuah pertanyaan, APAKAH SAYA BISA MEMBUAT SEBUAH BUKU..? pertanyaan ini muncul, ketika saya mulai berpikir. Apakah tidak lebih baik saya menulis dulu secara rutin, sehingga lebih pandai menyusun kata demi kata, sehingga nantinya gampang menuliskan sebuah buku, atau langsung saja menulis sebuah buku setelah mempelajari masalah yang akan dituliskan.
Sekali lagi, Alhamdulillah. Jawaban demi jawaban datang tiap jamnya. Terkira ada 15 komentar yang sangat luar biasa dari teman-teman. TERIMA KASIH TEMAN…!
Berikut adalah beberapa komentar serta jawaban langsung dari teman-teman yang memberikan masukan kepada saya. Dengan tujuan berbagi, jika nantinya pertanyaan ini terulang kembali ke salah satu teman pembaca, semoga beberapa jawaban ini dapat membantu menyelesaikannya.
Saran pertama datang dari Fuad Itachi Accs, seorang sahabat yang baru saja saya kenal ;
“Jangan nunggu jadi penulis,baru mau nulis..
Kalo nunggu hebat,kapan hebatnya Zan?
Tulislah dari sekarang,insyaallah Fauzan bisa untuk membuat sebuah buku!
Selanjutnya dari Qosim Nursheha Dzulhadi, seorang ustadz yang luar biasa tangguh ;
“U can if u think u can! [Q] “
Selanjutnya dari Ahmad Fuadi Dua, penulis novel 5 Menara yang fenomenal bagi saya ;
“hmmm saya coba menulis konsisten setiap hari 1/2-1 halaman saja. jadinya dalam setahun dapat 365 halaman. itu sudah jadi sebuah novel. jadi prinsip yg saya praktikkan adalah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi BUKU. silakan dicoba:) Semua orang mungkin menulis buku. man jadda wajada”
Kemudian dari Cak Arif, seorang yang sering memberikan komentar di tulisan sahabat-sahabatku ;
" ia hanya berkomentar, tulis saja dulu " Sebuah nasehat bagus...,seperti saya pengen blajar naek speda., apakah saya harus saya tuntun dulu spedanya...sambil lari, atau saya blajar keseimbangan dulu...,ato saya pelajari dulu komponen spedanya...,kalo saya naiki sekarang kalo jatuh gimana...,Aaaah gak jadi dech beli spedanya ^_^”
Kemudian dari Hernowo Hasim, penulis buku mengikat makna update, yang bukunya belum selesai-selesai aku baca hinga hari ini;
“Tidak ada yang tidak mungkin jika kita punya KEMAUAN-KUAT. Menurut penyair Jerman, Heinrich Heine, "Hanya kemauan yang menjadikan manusia itu hebat atau pecundang." Salam.”
Kemudian dari Adee Si-Sulung Sembul, sahabat yang baru saya kenal tadi siang ;
“Tulis aj dlu . Hah .komen.a sm jgak am kwn akhi yg dlu2 y?”
Selanjutnya dari Siti Putri SakiNah, sahabat se alumni saya, juga seorang yang dahsyat ;
“Klo ane pnya pndapat sih, tulis sedikit demi sedikit..
Ketika pikiran sudah buntu dan blm mendapatkan inspirasi baru, istirahat dan jgn dpksakan menulis..
Krna sesuatu yg dlakukan dgn kterpaksaan, hasilnya tdk akan baik..
Klu perlu, cari t4 khusus utk Qm menulis yg tenang dan tdk mengganggu knsentrasimu..
Udah itu ja.. Hehehe... “
Selanjutnya datang dari Muhammad Nur, teman yang selalu menasehatiku ;
“apa yang sering saya dapatkan dari nasehat para penulis, Ialah kekonsistenan juga kemauan untuk berkarya adalah inti dari pada cita-cita itu sendiri. Kemampuan namun tanpa dilandasi kekonsistenan adalah bohong, juga kekonsistenan namun tidak ada dasar itu jg sama saja bohong. Nah, jangan kita menjadi generasi instan yang maunya serba instan. ... Lihat SelengkapnyaMarilah kita mulai dari hal yang kecil, seperti apa yang dilakukan oleh akh A.Fuadi. ia mencicil dari hal-hal yang sederhana dan dari pengalaman pribadi beliau yang dirasakan selama di Ma'had. Nah, kalau nt mau tuliskan saja pengalaman yang kira-kira nt anggap mampu untuk disebarkan kepada yang lainnya zan. Pakai metode AMBAK kalau memang perlu, saya juga lagi menyelami metode tersebut tuh. selamat berkarya sobat......!!!!”
Kemudian dari Bayu Insani Sani, kakak yang sangat baik hati, tergambar dari cerpen-cerpennya;
“Dik, segala sesuatunya perlu proses. Jadi untuk menjadi seorang penulis,prosesnya ya banyak2 menulis dik. usia saya malah jauh lebih tua dari adik, tapi saya malah jatuh cinta pada dunia kepenulisan ini, malah skarang2 ini, tapi saya merasa, tak ada kata terlambat, selagi saya tetap berusaha. semua perlu proses, adik masih banyak kesempatan, maka ... Lihat Selengkapnyamulailah memproses apa yang menjadi cita2 mu. semangatlah, dan bersabarlah. tak mudah untuk menjadi kupu-kupu yang cantik, semua melalui proses seperti buruknya ulat dan kepompong. hayo dikkkkkk.....semangat! istiqomah yah......”
Selanjutnya dari Radinal Mukhtar Harahap, Inspiratorku, aku bangga akan semangatnya..;
“rahasia yang berasal dari Irving Wallace. Gunakan khayalanmu setiap hari. Menulis bukan hanya sebuah seni tapi juga profesi. Sementara ilham, merupakan sebuah unsur yang sangat besar. Menulis buku merupakan profesi. Kau perlu persiapkan diri untuk profesi ini dengan melatihnya [menulis buku harian, jurnal, surat, fragmen] dan dengan mempelajari karya-karya pengarang yang kau kagumi, untuk mempelajari cara mereka menciptakan karakter, menyisipkan konflik, menggerakkan sebuah cerita.
Itulah tuturnya. Beliau kemudian melanjutkan Kemudian kau harus menulis tidak hanya ketika semangat menggerakkamu, tapi setiap hari. Jika ada hari-hari yang buruk, kau bisa membuang apa yang telah kau tulis, tapi menulislah setiap hari, berpura-pura bahwa kau menerima gaji, berpura-pura bahwa kau harus menyerahkan sesuatu atau dipecat, tapi tetap terus menerus bekerja untuk dirimu sendiri dan dengan usahamu sendiri.
Dan diakhir kata-kata menakjubkan Irving Wallace tersebut, ia menceritakan pertemuannya dengan novelis Jerome Weidman seraya berkata, Weidman menasehatiku dengan cara mengalahkan takutku. Pikirkan tentang menulis satu halaman, hanya satu halaman, setiap hari. Di akhir 365 hari, di akhir tahun, kamu mempunyai 365 halaman. Dan tahukah kamu apa yang kamu punya? kamu mempunyai sebuah buku lengkap!".. Semoga Bermanfaat”
Kemudian dari Haqqy Luthfita, sahabat baruku ;
“sudah bisa mengambil sikap kan(?)
L S (ana belum bisa berkata banyak...];P)
A E
N M
J A...
U N
T G
K A
A T ya....!!
N!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Selanjutnya dari Bambang Trim, juga seorang penulis, yang sangat menginspirasiku ;
“Terdorong untuk menulis sebuah buku... ehm... sebaiknya bukan semata melihat para penulis buku seperti 'orang sukses'; lebih baik jika memang 'ada yang harus ditulis'. Ada berarti bermakna untuk ditulis buat orang lain. Maka menulislah... terus saja menulis... mulai dari menulis.. . tak ada ukuran soal menulis buku atau bukan buku. Menulis buku ... Lihat Selengkapnyamemerlukan nafas panjang seperti marathon; jadi engkau perlu berlatih dulu menulis dengan nafas pendek, seperti artikel, feature, ataupun makalah. Terima kasih.”
Sobat, ada banyak komentar yang saya dapatkan hari ini. Sungguh, semuanya sangat berarti bagi saya. Akan saya ingat kejadian ini sepanjang hidup saya.
Seperti tertulis diatas, ini hanyalah untuk berbagi…semoga bermanfaat bagi teman-teman, terkhusus bagi yang sedang bingung seperti bingung saya tadi pagi. Selamat mencoba..!
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda..?